Sunday 27 January 2019

Sejak Kapan Kita Pertama Kali Bertemu ? hehehe..

Terdengar klasik ketika kita mendengar cerita persahabatan antara dua lawan jenis, atau laki-laki dan perempuan. Menurutku itu hal yang wajar. Bahkan aku, lebih banyak memiliki teman-teman pria daripada wanita. aku akui, berteman dengan pria cukup menyenangkan. mereka jarang sekali baper ( bawa perasaan ) ketika sedang mengobrol sambil menyindir, atau secara langsung mengejek. Berteman dengan teman-teman pria itu jauh dari kata jaim ( jaga image atau gengsian ) ketika kami sedang berkumpul ditempat umum. Berbeda dengan wanita, pria jarang membicarakan hal yang tidak penting, seperti bergosip. Sejujurnya ketika aku sedang berkumpul dengan beberapa temen perempuan, aku malah lebih banyak untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan. terkadang ikut menyambung pembicaraan, tapi yang aku rasa pembahasan mereka pasti selalu sama. Tapi, bukan berarti aku ini suka dengan banyak pria. Mereka yang sudah berteman denganku, akan tetap aku anggap sebagai sahabat-sahabatku, daripada mencampuri mereka dengan peliknya perasaan cinta. Tapi..ketika tiba-tiba kamu mulai memiliki benih perasaan cinta kepada sahabat priamu, ketahuilah..kamu akan kehilangan dua hal : sosok sahabat dan orang yang kamu sayang. Ketahuilah, ada dizona friendzone itu benar-benar perih. Mungkin saja, persahabatan kamu dan dia sejak saat itu akan berantakan, atau kalian akan canggung dan pada akhirnya akan jarang bertemu karena sudah mengetahui perasaan satu sama lain. Perih bukan ? jadi, bijaklah dalam mengatur perasaan ya, puan.

PHOTO BY : HIPWEE
https://www.hipwee.com/list/20-hal-yang-wanita-rasakan-ketika-bersahabat-dengan-pria


Sejak kapan pertama kali bertemu ?
Baik, seperti ini ceritanya.

Aku pernah memiliki teman perempuan yang naksir berat dengan anak laki-laki di satu sekolah. Katanya parasnya enak dilihat. Sejak saat itu, temanku jadi rajin sekali masuk ke sekolah. padahal dia itu suka bolos dan setiap kali ada PR dia selalu meminta contekan. sejak temanku bertemu anak laki-laki itu, tiba-tiba dia menjadi sangat rajin. Entahlah, mungkin ada sesuatu yang menguasai tubuhnya untuk bisa menjadi anak yang baik agar cepat-cepat disadari oleh anak laki-laki itu.

Hingga waktu mulai berjalan sangat cepat.

Aku bertemu lagi dengan anak laki-laki yang pernah ditaksir dengan teman perempuanku beberapa tahun lalu. Kami memiliki kesamaan yang sama. Yaitu sama-sama berjuang mencari jati diri ditengah hiruk pikuk Ibukota. kemudian Kami saling bertukar kontak telpon. Jaman yang sudah cukup canggih dengan teknologi smartphone, membuat kami tidak memiliki kesulitan untuk berkomunikasi. Kami suka video call, itu sangat menyenangkan karena bisa melihat wajah dan garis senyum satu sama lain, sungguh.
aku ingat, saat aku membuatkannya video singkat ucapan untuk ulang tahunnya yang ke 21 atau 22 (maaf aku lupa hehehe) dan dia cukup senang. aku ingat, ketika kami menelpon dengan waktu yang cukup lama, mulai dari membicarakan rutinitas hari itu, atau dimalam yang membuat kami sulit tidur.

Saat itu aku merasa kami akan menjadi sahabat yang baik. Dia sangat perhatian, dan sedikit humoris. Terkadang dia dingin, dan yang sisi yang aku kagumi. dia tidak pernah marah sama sekali denganku. Dia, sahabat pria yang baik.

waktu terus berjalan, komunikasi kami jadi semakin intens. begitu banyak hal yang kami lewati saat itu. perihnya dunia kerja, seketika hilang karena ada dia yang menghibur. Setiap jam makan siang kami selalu mengingatkan. hal-hal kecil yang sepele pun terlihat manis saat itu.

Lalu aku menyadari kalau perasaan lebih yang tumbuh disana. "rasanya kok, perhatiannya melebihi pacar ya ?" Aku mengakui saat itu masih memiliki status yang tidak jelas dengan pria lain (PDKT yang tidak berujung jelasnya). Jadi, aku masih belum terlalu peduli tentang perasaan. aku saat itu yang masih mempertimbangkan. Bukan aku ingin keduanya. Percayalah, ini rumit. Aku takut ketika salah memilih, untuk itu aku seketika berubah menjadi orang yang suka berpikir keras hanya untuk memikirkan dengan siapa aku akan berjalan beriringan sampai waktu yang ditentukan oleh semesta. Terlihat mudah namun sulit dilakukan. Walupun ketika aku memilih salah satunya, aku akan berdosa karena telah menyakiti dua orang. yaitu orang yang tidak aku pilih dan diriku sendiri. Aku pasti akan akan ikut terluka dan menyesal ketika menolak salah satu diantara mereka, Dilema mental bukan ?

Aku memutuskan untuk memilih pria yang telah lama dekat denganku, daripada dengan dia, sosok sahabat priaku. Sejujurnya aku hanya ingin mencoba konsisten dengan satu perasaan, tapi entahlah kenapa Tuhan memberiku kemampuan untuk bisa menyukai lebih dari satu perasaan ? Atau, aku terlalu memaksakan diri ? Apa aku kurang tegas ?


"sekarang ku coba sendiri. karena tak bisa ku memilih"
Acha Septriasa - Keputusan Hati ( https://www.youtube.com/watch?v=A4jKki3aPwM )


Setelah kejadian itu, kami jadi jarang berkomunikasi, sampai akhirnya waktu semakin berlalu di iringi dengan sosok sahabat priaku yang juga ikut berlalu dan tidak terlihat, lagi. dan bodohnya, aku baru menyadari bahwa ada rasa yang aku punya belum menemui ujungnya. Tapi ya sudah..sosok itu hilang dan mungkin tidak akan pernah menemuiku kembali. aku akan simpan rasa ini baik-baik sambil mengingat hal manis dan ke idiotanku karena mengecewakan orang yang seharusnya tidak akan aku kecewakan.

Kami menjalani rutinitas hidup masing-masing. Tanpa tegur sapa seperti dulu, Kami sudah tidak pernah berkomunikasi sama sekali. sesekali aku scroll ulang chatting history kami. "kok manis ya ?" kataku sambil tersenyum sendiri membaca bubble text satu persatu. aku larut dalam kesepian ditengah malam sabtu abu-abu, sampai tanpa sadar pipiku membasah karena mengingat kami pernah sedekat nafas dan jauh seperti semesta karena kesalahanku sendiri. "dia maafin aku tidak ya ?". Walaupun yang aku rasakan, dia tetap menjadi pribadi yang hangat dan mau mendengarkan keluh kesahku, bahkan dengan pria lain saat itu. 


"maafkan aku tak pernah mendengar. maafkan aku tak pernah melihamu pergi.."
The Overtunes - Berlari Tanpa Kaki
https://www.youtube.com/watch?v=d76fCeDZ8Vw


Hingga akhirnya, untuk saat ini aku memilih untuk sendiri. Bukan sudah trauma dengan rasa cinta, tapi aku sedang mencoba memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik. mengingat dosa-dosaku kepada orang-orang yang sudah peduli terhadapku, tapi malah aku abaikan membuatku ingin mulai belajar lagi bagaimana cara untuk menghargai perhatian yang tulus. Banyak aspek hidup yang harus aku pelajari termasuk menjadi manusia yang peka dengan segala sesuatu.

Dan aku ingin meminta maaf. Maaf aku masih memiliki perasaan yang sama seperti tiga tahun lalu. Tapi tenang saja, aku sebisa mungkin akan membuat perasaan ini tidak terlihat oleh siapapun. Tapi, jika kamu membutuhkanku, datang saja. Aku akan mencoba mendengarkan keluh kesah, menasehatimu, dan menjadi sahabat yang baik seperti yang kamu lakukan. Hai Sahabat priaku, Apakah itu terlihat mustahil ?

28 Januari 2019


Sahabat Perempuanmu

Anggit